Mengenai Saya

Foto saya
Saya dilahirkan di sebuah kampung kecil di daerah Kab.Batubara, Sumut, sejak umur 3 tahun pindah ke Medan, dan dibesarkan di kota tersebut.Dilahirkan sebagai anak sulung dari 9 bersaudara, dari orangtua H.Chairuddin Nur dan Alm.Hj.Rohani Chair. Sekolah sejak SD sampai Perguruan Tinggi S1 semuanya diselesaikan di Medan, pendidikan terakhir adalah Sarjana Ilmu Sosial dan Politik Jurusan Administrasi Negara Universitas Medan Area (UMA), selesai tahun 1989. Alhamdulillah, pada tahun 1991, tepatnya tanggal 18 Agustus 1991, saya menikah dengan Putri Semarang, Dra.Hj.Wardatun Na'im, telah dikarunia anak 4 (empat) orang, yakni, 1.Nona Fairuz Chairunnisa (Semarang, 15 Mei 1992), 2. Mutiara Chairani (Jakarta, 12 Okt 1994), 3. Alm.Andhika Muhammad Islah (19 Jan 1999) dan 4. si Bungsu Wan Muhammad Ilham (Tangerang, 28 Mei 2000), anak2 ku menyenangkan, baik hati dan sehat2. Saya dan keluarga saat ini menetap di Vila Ilhami Blok A/21, Islamic Village, Tangerang, sejak tahun 1998.Pengalaman berorganisasi cukup beragam,ditekuni secara baik, al Remaja Mesjid, HMI, KNPI,Pramuka,Ormas Al Washliyah, KAHMI, Dewan Masjid Indonesia, Amsec

biarlah bulan bicara



Jumat, 13 Juni 2008

PPP Sesalkan Keputusan MK

23 Juli 2007 | 20:25 WIB

Jakarta ( Berita ) : Keputusan Mahkamah Konstitusi (MK) yang membolehkan calon independen ikut Pemilihan Pilkada, sangat disesalkan dan langkah terburu buru.

Jelas keputusan tersebut tidak komprehensif sebab tanpa melakukan pengkajian, kata Sekjen DPP PPP Irgan Ch.Mahfiz kepada Berita , Senin (23/7 ) di Jakarta

Menurutnya, seharusnya publik juga perlu didengar aspirasinya, sampai sejauh mana urgentnya calon independen dalam bingkai demokrasi yang kita bangun.

Irgan juga mendapat kesan bahwa keputusan tersebut mengeliminir fungsi dan peran partai politik sebagai kanalisasi ekspresi politik masyarakat, dan menumbuhsuburkan krisis kepercayaan terhadap parpol, seolah olah Parpol sudah tidak mampu lagi melakukan tugas dan fungsinya dalam mengartikulasikan kepentingan masyarakat. MK katanya, secara tidak sadar memberi pemaknaan bahwa calon independen lebih kuat daripada Parpol.

Keputusan ini sama saja secara perlahan lahan mematikan mesin partai, sebagai pilar demokrasi, padahal demokrasi kita adalah demokrasi perwakilan. Seharunya MK sadar bahwa eksisnya MK juga hasil proses politik dan visi kenegarawanan Parpol melalui wakilnya di DPR dan MPR RI, tegasnya

sumber : www.beritasore.com

Tidak ada komentar: